Arafah Rianti Pandangan Gres Perjuangan Sekolah Hiburan Komedi
Lagi-lagi membahas Arafah Rianti untuk wangsit perjuangan hiburan komedi. Lagi pula, dunia hiburan komedi menyerupai sedang mendapat IQ yang cukup, untung bukan IQ di bawah rata-rata, apalagi IQ jongkok. Hal ini sebab dinaungi Stand Up Comedy yang dinilai bisa sebagai “Ustad Lucu” walaupun sering nasehatnya absurd. Jadi, membahas perjuangan hiburan komedi menyerupai mendapat suguhan Istimewa dari Stand Up Comedy, walaupun niscaya perjuangan komedi menuntut bayaran buat iuran bulanan.
Memang saya lagi nge-fans sama Arafah. Saya tidak nge-fans sama orangnya tetapi nge-fans sama situasi kepopuleran Arafah. Maklum, saya bisa sebagai tukang berita. Saya tidak melihat artis itu siapa, entah artis junior atau artis wangi ketek, terpenting si artis lagi tenar-tenarnya. Apalagi Arafah yang tidak mengecewakan bagus dan imut yang selera saya banget. Di samping nge-fans situasinya juga hingga naksir orangnya, bukan nge-fans orangnya lagi, haha... Ya, saya penaksir sejati Arafah Rianti: tukang nilai dan pencerita dunia Arafah Rianti.
Sebagai bukti bahwa saya yakni fans situasional dan penaksir sejati Arafah Rianti, saya benar-benar menilai Arafah Rianti untuk menciptakan dongeng komedi yang khusus membahas Arafah Rianti. Menilai disini yakni mencari titik wangsit dongeng dari kehidupan Arafah. Hasilnya, bisa baca dongeng komedi Arafah Rianti, klik disini http://belajarmenulistips.blogspot[.]com/search/label/Cerita%20Komedi
Sebelumnya saya tidak tertarik menonton Stand Up Comedy. Hal ini sebab pengaturan aktivitas yang ditampilkan di salah satu stasion televisi terlihat kurang menarik, kurang seru, terlihat kaku, apalagi pemuda semua. Seperti melihat tembang kenangan gitu, tembang kakek-nenek. Padahal, Stand Up Comedy yakni hiburan komedi yang membutuhkan tampilan menarik, keseruan dan cair. Walaupun tetap, Stand Up Comedy tidak untuk menorak-norakkan kelucuan. Ya, walaupun yang nonton bisa jadi para otak-otak norak, yang biasa lihat aktivitas komedi buat basuh muka... basuh mata maksudnya!
Namun sehabis Stand Up Comedy Academy Indosiar alias SUCA, walaupun sedikit menjilat dan mengandung marketing plin-plan, saya sering melihat Stand Up Comedy walaupun tidak melihat para penerima komikanya secara serius. Maklum, para penerima rata-rata yakni orang yang mempunyai senjata di bawah perut. Untung ada pentas kartun komedi Upil Ipul yang bermuka flat walaupun tidak hingga botak, jadi saya konsen lihat SUCA ... konsen lihat Musdalifah-nya.
Setelah muncul Arafah Rianti di SUCA 2 Indosiar, saya lebih sering melihat SUCA walaupun yang dilihat secara serius yakni Arafah. Jangan mikir saya ini pilih kasih, tidak, tapi pilih sayang. Sekali lagi, saya ini fans situasional dan penaksir Arafah Rianti. Butuh tenaga dan waktu, hingga sering kehabisan kopi buat mempelajari kehidupan Arafah Rianti. Bagaimana jikalau hingga ditambah komika Si Anyun Cadel dan Aci Gambreng? Haduh,,, bisa pusing pala babi. Bisa-bisa aksara “R” ditulisan bisa ilang...
Sejurus dengan SUCA 2 yang dipimpin Arafah, saya ingin membahas dunia perjuangan yang berkaitan dengan memanfaatkan tema komedi Stand Up Comedy. Namun dalam hal ini yakni membahas peluang perjuangan membangun sekolah komedi secara khusus Stand Up Comedy. Ingat! Maksud sekolah bukan sekolah formal, tetapi sekolah non formal. Mengapa dunia perjuangan sekolah komedi perlu dibahas? Biar otak-otak pelawak itu tidak norak-norak, walaupun kenyataan ngelucu yakni menorakkan diri, haha... Terpenting terdidik dengan baik saja, biar tidak bermodal tampang lucu.
Baca: Arafah Rianti Dan Peluang Usaha Vidio Stand Up Comedy
Setelah mengamati pentas SUCA Indosiar, walaupun agak menjilat biar diliput kamera liliput, ternyata Stand Up Comedy Akademi Indosiar tidak hanya menghadirkan kompetisi, tetapi juga pembelajaran. Kata host Ramzi Bin Irfan Hakim, “Namanya juga akademi... niscaya ada pembekalan ilmu”. Arafah Rianti pada sesi audisi, gaya bicaranya masih menyerupai pita kaset kurang minyak, kini malah jadi jago bicara. Juga, ia sudah bisa bermain gerakan-gerakan badan sebagai suplemen dongeng komedi. Penulisan bahan pun terlihat bagus. Bisa dikatakan jauh berbeda ketika tampil di audisi dengan ketika tampil di 16 besar SUCA 2.
Kasus SUCA Indosiar yakni pola sekolah komedi. Namun tetap, perlu pengembangan pembelajaran melebihi dari SUCA Indosiar. Artinya, skill dari sekolah komedi bisa masuk di beberapa hal, seperti:
Namun yang pasti, saya ingin menghitung-hitung perkiraan:
Lah, terus sasaran market perjuangan sekolah hiburan untuk siapa? Ribet amat. Lihat kursus bahasa Inggris, bisa berjalan di tengah-tengah kesibukan para pelajar dan mahasiswa. Rata-rata buka kursus di jam sehabis pulang sekolah. Ini membuktikan bahwa di jam pulang sekolah bisa dijadikan jadwal sekolah hiburan komedi. Kalau begitu, sasaran marketnya siapa? Target marketnya yakni orang-orang yang memang membutuhkan.
Bagi orang yang butuh sekolah hiburan komedi, tidak peduli usia. Mau pelajar atau mahasiswa, jikalau berniat ingin memperdalam hiburan komedi, niscaya akan mengikutinya. Kakek-nenek pun bisa asalkan masih bisa mendengar, melihat, dan tidak perlu pakai aktivitas “merepotkan” orang sekitar khas usia lanjut.
Jadi, anda harus bisa menjawab pertanyaan di atas dengan banyak sekali balasan semoga perjuangan hiburan komedi anda dilirik banyak orang.
Dalam hal membangun ruangan pentas, saya terinspirasi dari ruang pentas Stand Up Comedy Raditya Dika. Hanya mengandalkan ruang kecil, berisi kursi-kursi penonton, Raditya Dika berhasil menyuguhkan suatu pentas yang tidak kalah dengan pentas yang ada di televisi. Sederhana namun bisa menjual. Lihat saja jumlah view di vidio ini: https://www.youtube.com/embed/qO_aCndlG4s
Penting dicatat. Bangun ruang pentas hanya untuk pentas Stand Up Comedy. Mengapa hanya berfokus pada ruang pentas untuk stand up comedy? Di samping tidak memakan tempat, tidak memakan waktu, juga semoga penerima didik bisa mengeskplor kemampuannya dengan maksimal. Jangan ada kata “Anak bawang” hanya sebab menghadirkan hiburan ala film.
Pembahasan di atas pun sebagai balasan atas pertanyaan “Pentingnya apa gua ikut sekolah elu?”
Memang saya lagi nge-fans sama Arafah. Saya tidak nge-fans sama orangnya tetapi nge-fans sama situasi kepopuleran Arafah. Maklum, saya bisa sebagai tukang berita. Saya tidak melihat artis itu siapa, entah artis junior atau artis wangi ketek, terpenting si artis lagi tenar-tenarnya. Apalagi Arafah yang tidak mengecewakan bagus dan imut yang selera saya banget. Di samping nge-fans situasinya juga hingga naksir orangnya, bukan nge-fans orangnya lagi, haha... Ya, saya penaksir sejati Arafah Rianti: tukang nilai dan pencerita dunia Arafah Rianti.
Sebagai bukti bahwa saya yakni fans situasional dan penaksir sejati Arafah Rianti, saya benar-benar menilai Arafah Rianti untuk menciptakan dongeng komedi yang khusus membahas Arafah Rianti. Menilai disini yakni mencari titik wangsit dongeng dari kehidupan Arafah. Hasilnya, bisa baca dongeng komedi Arafah Rianti, klik disini http://belajarmenulistips.blogspot[.]com/search/label/Cerita%20Komedi
Follow IG Arafah Rianti @arafahrianti
Sebelumnya saya tidak tertarik menonton Stand Up Comedy. Hal ini sebab pengaturan aktivitas yang ditampilkan di salah satu stasion televisi terlihat kurang menarik, kurang seru, terlihat kaku, apalagi pemuda semua. Seperti melihat tembang kenangan gitu, tembang kakek-nenek. Padahal, Stand Up Comedy yakni hiburan komedi yang membutuhkan tampilan menarik, keseruan dan cair. Walaupun tetap, Stand Up Comedy tidak untuk menorak-norakkan kelucuan. Ya, walaupun yang nonton bisa jadi para otak-otak norak, yang biasa lihat aktivitas komedi buat basuh muka... basuh mata maksudnya!
Namun sehabis Stand Up Comedy Academy Indosiar alias SUCA, walaupun sedikit menjilat dan mengandung marketing plin-plan, saya sering melihat Stand Up Comedy walaupun tidak melihat para penerima komikanya secara serius. Maklum, para penerima rata-rata yakni orang yang mempunyai senjata di bawah perut. Untung ada pentas kartun komedi Upil Ipul yang bermuka flat walaupun tidak hingga botak, jadi saya konsen lihat SUCA ... konsen lihat Musdalifah-nya.
Setelah muncul Arafah Rianti di SUCA 2 Indosiar, saya lebih sering melihat SUCA walaupun yang dilihat secara serius yakni Arafah. Jangan mikir saya ini pilih kasih, tidak, tapi pilih sayang. Sekali lagi, saya ini fans situasional dan penaksir Arafah Rianti. Butuh tenaga dan waktu, hingga sering kehabisan kopi buat mempelajari kehidupan Arafah Rianti. Bagaimana jikalau hingga ditambah komika Si Anyun Cadel dan Aci Gambreng? Haduh,,, bisa pusing pala babi. Bisa-bisa aksara “R” ditulisan bisa ilang...
Sejurus dengan SUCA 2 yang dipimpin Arafah, saya ingin membahas dunia perjuangan yang berkaitan dengan memanfaatkan tema komedi Stand Up Comedy. Namun dalam hal ini yakni membahas peluang perjuangan membangun sekolah komedi secara khusus Stand Up Comedy. Ingat! Maksud sekolah bukan sekolah formal, tetapi sekolah non formal. Mengapa dunia perjuangan sekolah komedi perlu dibahas? Biar otak-otak pelawak itu tidak norak-norak, walaupun kenyataan ngelucu yakni menorakkan diri, haha... Terpenting terdidik dengan baik saja, biar tidak bermodal tampang lucu.
Baca: Arafah Rianti Dan Peluang Usaha Vidio Stand Up Comedy
Mengapa Perlu Membangun Usaha Sekolah Hiburan Komedi?
Yang terang biar mendapat untung jikalau membuka usaha, secara khusus sekolah komedi. Masak mau mendapat kerugian? Namun di samping itu, sekolah komedi diharapkan sebab beberapa alasan:- Berbicara stand up comedy memang susah
- Menulis dongeng komedi memang susah
- Menghafal teks sambil mempertahankan emosi memang susah
- Mengekspresikan anggota badan sesuai situasi dongeng memang susah
- Melawan tatapan para audiens memang susah
- Biar mentor yang tidak laris hening mengajari ilmu komedi sebab ada gaji
- Komunitas stand up comedy yang berkualitas harus mengeluarkan uang
Setelah mengamati pentas SUCA Indosiar, walaupun agak menjilat biar diliput kamera liliput, ternyata Stand Up Comedy Akademi Indosiar tidak hanya menghadirkan kompetisi, tetapi juga pembelajaran. Kata host Ramzi Bin Irfan Hakim, “Namanya juga akademi... niscaya ada pembekalan ilmu”. Arafah Rianti pada sesi audisi, gaya bicaranya masih menyerupai pita kaset kurang minyak, kini malah jadi jago bicara. Juga, ia sudah bisa bermain gerakan-gerakan badan sebagai suplemen dongeng komedi. Penulisan bahan pun terlihat bagus. Bisa dikatakan jauh berbeda ketika tampil di audisi dengan ketika tampil di 16 besar SUCA 2.
Kasus SUCA Indosiar yakni pola sekolah komedi. Namun tetap, perlu pengembangan pembelajaran melebihi dari SUCA Indosiar. Artinya, skill dari sekolah komedi bisa masuk di beberapa hal, seperti:
- Pembawa acara
- Pemain film
- Tentunya menjadi komika
- Acara panggung komedi
- Penulis dunia fiksi komedi
- Penyanyi komedi
- Bintang iklan celana kolor
- Dan sebagainya
Siapa Target Market Yang Tepat Untuk Usaha Sekolah Hiburan Komedi?
Siapa ya? Saya sendiri bingung. Namun pada pada dasarnya yakni semua perjuangan membutuhkan sasaran market. Target market yakni yang menjadi tujuan penjualan atau registrasi jikalau untuk sekolah atau kursus. Anda bisa cari sendiri di Google Maps, siapa kira-kira yang sempurna sebagai sasaran map. Bila tidak ada jawaban, silahkan cari lagi, sebab informasi online bukan sebatas di dalam daun kolor.Namun yang pasti, saya ingin menghitung-hitung perkiraan:
- Usia pelajar, berlaku hanya di jam di atas 13.00 an
- Usia mahasiswa reguler, biasanya gak terang waktu.
- Usia mahasiswa kantoran, ada waktu di hari-hari tertentu tetapi sayang dipakai buat kerja
- Usia pekerja, sibuk bekerja.
Lah, terus sasaran market perjuangan sekolah hiburan untuk siapa? Ribet amat. Lihat kursus bahasa Inggris, bisa berjalan di tengah-tengah kesibukan para pelajar dan mahasiswa. Rata-rata buka kursus di jam sehabis pulang sekolah. Ini membuktikan bahwa di jam pulang sekolah bisa dijadikan jadwal sekolah hiburan komedi. Kalau begitu, sasaran marketnya siapa? Target marketnya yakni orang-orang yang memang membutuhkan.
Bagi orang yang butuh sekolah hiburan komedi, tidak peduli usia. Mau pelajar atau mahasiswa, jikalau berniat ingin memperdalam hiburan komedi, niscaya akan mengikutinya. Kakek-nenek pun bisa asalkan masih bisa mendengar, melihat, dan tidak perlu pakai aktivitas “merepotkan” orang sekitar khas usia lanjut.
Apa Hal Penting Bila Peserta Didik Memperdalam Di Sekolah Hiburan Komedi?
“Pentingnya apa gua ikut sekolah elu?” Pertanyaan itu bisa sebagai dasar atau inti dalam membangun perjuangan hiburan komedi. Bisa disejajarkan dengan pertanyaan, “Pentingnya apa gua ikut kursus bahasa inggris elu?”. Kalau kursus bahasa inggris, terang penting sebab bisa dipakai untuk banyak sekali hal termasuk berkarir di luar negeri. Lah, jikalau bahasa inggris saja penting, bagaimana bila sekolah hiburan komedi yang didalamnya bercampur bahasa inggris? Lebih penting lagi. Bukankah hiburan komedi tidak melulu menarget pasar lokal? Hiburan komedi untuk pasar luar negeri juga bisa bahkan jauh lebih gampang di kala online menyerupai ini.Jadi, anda harus bisa menjawab pertanyaan di atas dengan banyak sekali balasan semoga perjuangan hiburan komedi anda dilirik banyak orang.
Membangun Ruang Pentas Sebagai Rill Praktek Sekolah Hiburan Komedi
Membangun ruang pentas yakni salah satu balasan dari pertanyaan “Pentingnya apa gua ikut sekolah elu?” Saya membahas hal ini sebab memang penting dihadirkan dalam sekolah hiburan komedi. Tidak mengharuskan membangun gedung teater atau hal yang membutuhkan biaya besar. Namun cukup ruangan kecil, asalkan masih bisa untuk mengambil nafas di dikala banyak orang yang buang kotoran angin atau nafas.Dalam hal membangun ruangan pentas, saya terinspirasi dari ruang pentas Stand Up Comedy Raditya Dika. Hanya mengandalkan ruang kecil, berisi kursi-kursi penonton, Raditya Dika berhasil menyuguhkan suatu pentas yang tidak kalah dengan pentas yang ada di televisi. Sederhana namun bisa menjual. Lihat saja jumlah view di vidio ini: https://www.youtube.com/embed/qO_aCndlG4s
Penting dicatat. Bangun ruang pentas hanya untuk pentas Stand Up Comedy. Mengapa hanya berfokus pada ruang pentas untuk stand up comedy? Di samping tidak memakan tempat, tidak memakan waktu, juga semoga penerima didik bisa mengeskplor kemampuannya dengan maksimal. Jangan ada kata “Anak bawang” hanya sebab menghadirkan hiburan ala film.
Membangun Ruang Penghasilan Sebagai Hasil Rill Praktek Sekolah Hiburan Komedi
Kunci keberhasilan penerima didik mendalami hiburan komedi yakni pentas hiburan yang diadakan sekolah bisa mendapat penghasilan, baik untuk individu penerima didik atau sekolah. Banyak sekali Youtuber meraih penghasilan besar dengan cara mengupload vidio hiburan yang menarik. Nah, cara menyerupai ini bisa diterapkan dalam aktivitas sekolah hiburan komedi. Setiap pentas selalu diupload di Youtube semoga mendapat penghasilan. Peserta didik pun dibebaskan menciptakan aktivitas sendiri hasil pembelajaran di sekolah hiburan komedi.Pembahasan di atas pun sebagai balasan atas pertanyaan “Pentingnya apa gua ikut sekolah elu?”
0 Response to "Arafah Rianti Pandangan Gres Perjuangan Sekolah Hiburan Komedi"
Posting Komentar