Endorse Produk Lewat Artis, Pentingkah?
Sekarang lagi ekspresi dominan endorse-endorse-an produk perjuangan kecil bahkan besar. Tentunya alasannya muncul kala online sehingga memudahkan menggunakan teknik endorsement. Biasanya menggunakan artis yang mempunyai folower banyak sekitar minimal 100.000 follower. Tetapi bukan sekedar follower banyak. Si artis sendiri harus mempunyai efek besar. Di sini artis sebebgram tampaknya tidak masuk list walaupun ada beberapa ibarat Ria Ricis, itu pun alasannya sudah masuk tv plus adiknya Oki Setiana Dewi. Artis yang meng-endorse produk itulah yang disebut endorser.
Apakah hingga titik ini, anda sudah paham makna endorse atau endorsement? Gampangnya sih, sanggup menyamakan dengan referral yang sama-sama mengajak untuk membeli. Hanya saja, cakupannya yang berbeda. referral cenderung member get member atau marketing verbal ke verbal yang bertujuan mengajak untuk menggunakan produk/jasa. Kalau endorsement atau lebih umum disebut endorse, lebih kepada mengajak banyak orang lewat mediator orang besar lengan berkuasa ibarat artis. Jadi, menggunakan artis ialah salah satu syarat untuk menggunakan teknik endorsement.
Pentingkah menggunakan artis untuk meng-endorse produk kita? Jawabannya adalah, simpel yakni penting. Namun menjawab penting tidak sesederhana berbicara. Penting mengakibatkan artis sebagai endorser alasannya berkaitan dengan kekuatan testimoni.
Banyak pebisnis yang mementingkan atau dianggap penting menghadirkan testimoni dari pelanggan. Padahal, pelanggan bukan siapa-siapa bukan? Artinya bukan orang yang dikenal konsumen lain. Terkadang hanya menampilkan gelar ibarat penulis best seller, pengajar, dan yang lainnya. Tetapi bila banyak pelanggan yang menunjukkan testimoni, akan menunjukkan kekuatan tersendiri dalam penjulan yang masuk pada aturan psikiologis marketing “ikut-ikutan”. Nah, jikalau testimoni dari artis berpengaruh, katakanlah Arafah Rianti, (pasar untuk kelas abg dan mahasiswa, ketika artikel ini ditulis) yang sebagai artis yang pernah mencicipi produk, sudah sanggup dikatakan mempunyai nilai jual yang bagus.
Kalau sekedar mendapat testimoni dari artis atau dari orang berpengaruh, semua pebisnis juga melaksanakan itu kan? Mendapatkan testiomoni konkret dari konsumen khususnya artis yang pernah mencicipi produk ialah hal penting. Namun apakah ini disebut endorse? Sekali lagi, prinsip endorse harus menyamakan dengan referral yang arti pentingnya ialah mengajak membeli. Strategi mengajak membeli itulah yang sanggup berbeda-beda.
Jadi, apakah endorse dianggap penting? Penting dong. Di samping akan menunjukkan testimoni positif, juga akan menunjukkan dorongan untuk membeli. Biasanya dorongan untuk membeli dilakukan secara soft selling biar lebih mengena di hati para follower.
Misal saya mencontohkan kasus Arafah Rianti, artis pendatang gres 2016-2017, yang meng-endorse alias mengiklankan akun media umum milik salah satu koki (sory, gambar vidionya tampaknya sudah dihapus). Namun strateginya unik, yakni mengajak para follower arafah untuk berkomentar di akun media umum milik si koki tersebut. Ia menunjukkan kesempatan untuk bertanya-tanya untuk arafah dan si koki biar pertanyaan yang diajukkan sanggup dijawab dalam sebuah vidio. Ada batasan waktu biar mereka bergegas berkomentar. Dan, bussh, banyak juga komentarnya. Ini artinya, si koki tampaknya berhasil menerapkan seni administrasi endorse yang menitikberatkan mengajak. Namun sayangnya, tidak ada testimoni dan kejelasan mengajak bersifat finansial (mencari keuntungan), mengingat yang ditawarkan sekedar meramaikan suasana.
Apakah tidak problem bila mengabaikan teknik endorsement? Ya tentu tidak menjadi problem dong. Apalagi sekedar menggaet artis, sanggup saja gagal dalam penjualan. Teknik endorsement yang memanfaatkan media umum alias sosial media, tidak menjamin para follower-nya membeli. Apalagi bila si artis tergolong perempuan cantik, ehem mungkin arafah juga cantik, dan lebih banyak mempunyai follower para pria, mana mungkin endorse produk kecantikan sanggup berhasil mendapat penjualan.
Daripada endorse asal-asalan, sekedar memanfaatkan para follower, lebih baik mengiklankan lewat Facebook atau Google. Hanya biaya 10.000 sanggup menggaet ratusan bahkan ribuan pengunjung online. Interaksi pun sanggup terjadi alias direspon dengan like dan komentar dalam jumlah yang tidak sedikit. Kalau pakai endorse, walaupun asal-asalan, ketika follower-nya banyak, biaya endorse akan jauh lebih mahal. Misal endorse baju, sanggup saja akan menghabiskan minimal 1 baju seharga minimal 100.000. Bayangkan, berapa jangkauan bila diiklankan lewat Facebook atau Google dengan uang 100.000?
Saya akan menganalisis artis Arafah Rianti. Ya, sekedar berguru jadi marketer profesional saja. Mengapa Arafah Rianti? Suka-suka saya dong. Jadi, oke ya? Tetapi nanti ya, bukan di pembahasan ini.
Jadi, penting menggunakan teknik endorsement lewat artis dan media sosialnya asal paham strateginya, salah satunya menunjukkan kekuatan testimoni dan juga undangan membeli walaupun dengan soft selling. Bila mau memanfaatkan arafah rianti, misal, perhatikan betul kondisinya dari beberapa hal biar teknik endorsement jauh lebih efektif dari iklan Facebook atau Google.
Apakah hingga titik ini, anda sudah paham makna endorse atau endorsement? Gampangnya sih, sanggup menyamakan dengan referral yang sama-sama mengajak untuk membeli. Hanya saja, cakupannya yang berbeda. referral cenderung member get member atau marketing verbal ke verbal yang bertujuan mengajak untuk menggunakan produk/jasa. Kalau endorsement atau lebih umum disebut endorse, lebih kepada mengajak banyak orang lewat mediator orang besar lengan berkuasa ibarat artis. Jadi, menggunakan artis ialah salah satu syarat untuk menggunakan teknik endorsement.
Pentingkah menggunakan artis untuk meng-endorse produk kita? Jawabannya adalah, simpel yakni penting. Namun menjawab penting tidak sesederhana berbicara. Penting mengakibatkan artis sebagai endorser alasannya berkaitan dengan kekuatan testimoni.
Banyak pebisnis yang mementingkan atau dianggap penting menghadirkan testimoni dari pelanggan. Padahal, pelanggan bukan siapa-siapa bukan? Artinya bukan orang yang dikenal konsumen lain. Terkadang hanya menampilkan gelar ibarat penulis best seller, pengajar, dan yang lainnya. Tetapi bila banyak pelanggan yang menunjukkan testimoni, akan menunjukkan kekuatan tersendiri dalam penjulan yang masuk pada aturan psikiologis marketing “ikut-ikutan”. Nah, jikalau testimoni dari artis berpengaruh, katakanlah Arafah Rianti, (pasar untuk kelas abg dan mahasiswa, ketika artikel ini ditulis) yang sebagai artis yang pernah mencicipi produk, sudah sanggup dikatakan mempunyai nilai jual yang bagus.
Kalau sekedar mendapat testimoni dari artis atau dari orang berpengaruh, semua pebisnis juga melaksanakan itu kan? Mendapatkan testiomoni konkret dari konsumen khususnya artis yang pernah mencicipi produk ialah hal penting. Namun apakah ini disebut endorse? Sekali lagi, prinsip endorse harus menyamakan dengan referral yang arti pentingnya ialah mengajak membeli. Strategi mengajak membeli itulah yang sanggup berbeda-beda.
Jadi, apakah endorse dianggap penting? Penting dong. Di samping akan menunjukkan testimoni positif, juga akan menunjukkan dorongan untuk membeli. Biasanya dorongan untuk membeli dilakukan secara soft selling biar lebih mengena di hati para follower.
Misal saya mencontohkan kasus Arafah Rianti, artis pendatang gres 2016-2017, yang meng-endorse alias mengiklankan akun media umum milik salah satu koki (sory, gambar vidionya tampaknya sudah dihapus). Namun strateginya unik, yakni mengajak para follower arafah untuk berkomentar di akun media umum milik si koki tersebut. Ia menunjukkan kesempatan untuk bertanya-tanya untuk arafah dan si koki biar pertanyaan yang diajukkan sanggup dijawab dalam sebuah vidio. Ada batasan waktu biar mereka bergegas berkomentar. Dan, bussh, banyak juga komentarnya. Ini artinya, si koki tampaknya berhasil menerapkan seni administrasi endorse yang menitikberatkan mengajak. Namun sayangnya, tidak ada testimoni dan kejelasan mengajak bersifat finansial (mencari keuntungan), mengingat yang ditawarkan sekedar meramaikan suasana.
Apakah tidak problem bila mengabaikan teknik endorsement? Ya tentu tidak menjadi problem dong. Apalagi sekedar menggaet artis, sanggup saja gagal dalam penjualan. Teknik endorsement yang memanfaatkan media umum alias sosial media, tidak menjamin para follower-nya membeli. Apalagi bila si artis tergolong perempuan cantik, ehem mungkin arafah juga cantik, dan lebih banyak mempunyai follower para pria, mana mungkin endorse produk kecantikan sanggup berhasil mendapat penjualan.
Daripada endorse asal-asalan, sekedar memanfaatkan para follower, lebih baik mengiklankan lewat Facebook atau Google. Hanya biaya 10.000 sanggup menggaet ratusan bahkan ribuan pengunjung online. Interaksi pun sanggup terjadi alias direspon dengan like dan komentar dalam jumlah yang tidak sedikit. Kalau pakai endorse, walaupun asal-asalan, ketika follower-nya banyak, biaya endorse akan jauh lebih mahal. Misal endorse baju, sanggup saja akan menghabiskan minimal 1 baju seharga minimal 100.000. Bayangkan, berapa jangkauan bila diiklankan lewat Facebook atau Google dengan uang 100.000?
Saya akan menganalisis artis Arafah Rianti. Ya, sekedar berguru jadi marketer profesional saja. Mengapa Arafah Rianti? Suka-suka saya dong. Jadi, oke ya? Tetapi nanti ya, bukan di pembahasan ini.
Instagram @arafahrianti
Jadi, penting menggunakan teknik endorsement lewat artis dan media sosialnya asal paham strateginya, salah satunya menunjukkan kekuatan testimoni dan juga undangan membeli walaupun dengan soft selling. Bila mau memanfaatkan arafah rianti, misal, perhatikan betul kondisinya dari beberapa hal biar teknik endorsement jauh lebih efektif dari iklan Facebook atau Google.
0 Response to "Endorse Produk Lewat Artis, Pentingkah?"
Posting Komentar