Gara-Gara Sebutir Kurma, Doa Nabi Ibrahim Alaihissalam (As) Tertolak Di Hadapan Allah Swt
Para Nabi Rasul dan para Auliya-auliya Allah ialah manusia-manusia pilihan yang kesucian hatinya selalu terjaga dan selalu erat dengan Tuhan-Nya. Sehingga pada ketika menjalani hidup didunia dalam ketidak sengajaan melaksanakan dosa maka melalui Malaikat-malaikat-Nya Allah Subhanahu Wa Ta'ala memperlihatkan peringatan untuk bersegera kembali pada kesucian
Begitu juga yang di alami oleh Ibrahim bi Adham hanya gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan miliknya menyebabkan amalan-amalan dan doanya terhalang tidak hingga kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Cerita ini sangat terpopuler dikalangan para penempuh jalan sufi dan menjadi pengingat bagi seorang murid supaya senantiasa berhati-hati memakan apapun masakan yang ada didepannya yang masih syubhat tidak mengetahui asal usulnya untuk tidak dimakan dimasukkan dalam perutnya
Dan yang paling utama bagi para penempuh jalan kerohanian (mukmin sejati) supaya selalu menjaga kebersihan hati dengan memakan masakan yang benar-benar dihalalkan supaya kesucian hatinya tetap terjaga, Inilah pelajaran sangat berharga
Gara-gara Sebutir Kurma, Doa Nabi Ibrahim Alaihissalam (AS) Tertolak Di Hadapan Allah SWT
Dikisahkan, usai menunaikan ibadah haji sayyiduna Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke masjidil Aqsha. Untuk bekal diperjalanan ia membeli 1 kg kurma dari pedagang erat Masjidil Haram, Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma terletak erat timbangan. Menyangka kurma itu bab yang ia beli, Ibrahim bin Adham memungut dan memakannya.
Setelah itu ia eksklusif berangkat menuju Masjidil Aqsha. Empat bulan kemudian, Ibrahim bin Adham datang di Masjidil Aqsha. Seperti biasa ia lebih menentukan sebuah kawasan beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra.
Ia sholat dan berdoa dengan khusuk. Tiba-tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat perihal dirinya. Itu Ibrahim bin Adham, mahir ibadah yang zuhud dan wara' yang doanya selalu dikabulkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, "kata Malaikat".
Tetapi kini tidak lagi, Doanya ditolak alasannya ialah empat bulan yang kemudian ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang bau tanah didekat Masjidil Haram, jawab Malaikat yang satu lagi.
Ibrahim bin Adham terkejut sekali dan terhenyak. "Jadi selama empat bulan ini ibadahnya, sholatnya, doanya dan amalan-amalan lainya tidak diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala hanya gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya, "Astaghfirullahal 'adzim."
Ibrahim bin Adham beristighfar. Ia eksklusif berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang bau tanah penjual kurma untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya. Sesampainya di Mekkah ia eksklusif menuju kawasan penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang bau tanah itu melainkan seorang anak muda.
Empat bulan yang kemudian aku membeli kurma disini dari seorang pedagang tua. "Kemana ia sekarang?", tanya Ibrahim bin Adham. "Sudah meninggal sebulan yang lalu, aku kini yang meneruskan pekerjaanya berdagang kurma", jawab cowok itu, "Innalillahi wa inna ilaihi roji'un" jikalau begitu kepada siapa aku meminta penghalalan.?"
Kemudian Ibrahim bin Adham menceritakan insiden yang dialaminya. Anak muda itu mendengarkannya dengan seksama. "Nah begitulah" engkau sebagai mahir waris orang bau tanah itu maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur kumakan tanpa izinnya?? kata Ibrahim bin Adham sehabis bercerita.
Bagi aku tidak masalah. Insya Allah aku halalkan. Tetapi entah dengan saudara-saudara aku yang jumlahnya sebelas (11) orang. Saya tidak berani mengatas namakan mereka alasannya ialah mereka memiliki hak waris sama dengan saya", jawab cowok itu
"Dimana alamat saudara-saudaramu? Biar aku temui mereka satu persatu." Setelah mendapatkan alamat Ibrahim bin Adham pergi menemui mereka. Setelah jumpa dengan mereka akibatnya semua oke menghalalkan sebutir kurma milik ayah mereka yang tergoda oleh Ibrahim bin Adham.
Empat bulan kemudian Ibarahim bin Adham sudah berada dibawah kubah Sakra. Tiba-tiba ia mendengar Malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap-cakap .
"Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara-gara makan sebutir kurma milik orang lain", kata Malaikat, "Oh tidak", kini doanya sudah makbul lagi, ia telah menerima penghalalan dari mahir waris pemilik kurma itu.
Diri dan jiwa Ibrahim bin Adham kini telah higienis kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram alasannya ialah masih milik orang lain. "Sekarang sudah bebas", kata Malaikat yang satunya lagi.
Nah itulah kisah kekasih Tuhan yang kesucian hatinya selalu terjaga dari masakan yang bukan hak miliknya. Walau hanya sebutir kurma akan menjadi penghalang doa yang dipanjatkan pada Tuhan-Nya.
Dari dongeng diatas sanggup diambil pelajaran supaya berhati-hati tidak makan masakan yang bukan miliknya maupun yang syubhat supaya kesucian hati dan kedekatan dengan Tuhan tetap terjaga hingga diakhir hayatnya selamat dunia dan akherat aamiin. Sekian semoga bermanfaat bagi masing-masing diri Inilah Gara-gara Sebutir Kurma, Doa Nabi Ibrahim Alaihissalam (AS) Tertolak Di Hadapan Allah SWT
Begitu juga yang di alami oleh Ibrahim bi Adham hanya gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan miliknya menyebabkan amalan-amalan dan doanya terhalang tidak hingga kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Cerita ini sangat terpopuler dikalangan para penempuh jalan sufi dan menjadi pengingat bagi seorang murid supaya senantiasa berhati-hati memakan apapun masakan yang ada didepannya yang masih syubhat tidak mengetahui asal usulnya untuk tidak dimakan dimasukkan dalam perutnya
Dan yang paling utama bagi para penempuh jalan kerohanian (mukmin sejati) supaya selalu menjaga kebersihan hati dengan memakan masakan yang benar-benar dihalalkan supaya kesucian hatinya tetap terjaga, Inilah pelajaran sangat berharga
Gara-gara Sebutir Kurma, Doa Nabi Ibrahim Alaihissalam (AS) Tertolak Di Hadapan Allah SWT
Dikisahkan, usai menunaikan ibadah haji sayyiduna Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke masjidil Aqsha. Untuk bekal diperjalanan ia membeli 1 kg kurma dari pedagang erat Masjidil Haram, Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma terletak erat timbangan. Menyangka kurma itu bab yang ia beli, Ibrahim bin Adham memungut dan memakannya.
Setelah itu ia eksklusif berangkat menuju Masjidil Aqsha. Empat bulan kemudian, Ibrahim bin Adham datang di Masjidil Aqsha. Seperti biasa ia lebih menentukan sebuah kawasan beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra.
Ia sholat dan berdoa dengan khusuk. Tiba-tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat perihal dirinya. Itu Ibrahim bin Adham, mahir ibadah yang zuhud dan wara' yang doanya selalu dikabulkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, "kata Malaikat".
Tetapi kini tidak lagi, Doanya ditolak alasannya ialah empat bulan yang kemudian ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang bau tanah didekat Masjidil Haram, jawab Malaikat yang satu lagi.
Ibrahim bin Adham terkejut sekali dan terhenyak. "Jadi selama empat bulan ini ibadahnya, sholatnya, doanya dan amalan-amalan lainya tidak diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala hanya gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya, "Astaghfirullahal 'adzim."
Ibrahim bin Adham beristighfar. Ia eksklusif berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang bau tanah penjual kurma untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya. Sesampainya di Mekkah ia eksklusif menuju kawasan penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang bau tanah itu melainkan seorang anak muda.
Empat bulan yang kemudian aku membeli kurma disini dari seorang pedagang tua. "Kemana ia sekarang?", tanya Ibrahim bin Adham. "Sudah meninggal sebulan yang lalu, aku kini yang meneruskan pekerjaanya berdagang kurma", jawab cowok itu, "Innalillahi wa inna ilaihi roji'un" jikalau begitu kepada siapa aku meminta penghalalan.?"
Kemudian Ibrahim bin Adham menceritakan insiden yang dialaminya. Anak muda itu mendengarkannya dengan seksama. "Nah begitulah" engkau sebagai mahir waris orang bau tanah itu maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur kumakan tanpa izinnya?? kata Ibrahim bin Adham sehabis bercerita.
Bagi aku tidak masalah. Insya Allah aku halalkan. Tetapi entah dengan saudara-saudara aku yang jumlahnya sebelas (11) orang. Saya tidak berani mengatas namakan mereka alasannya ialah mereka memiliki hak waris sama dengan saya", jawab cowok itu
"Dimana alamat saudara-saudaramu? Biar aku temui mereka satu persatu." Setelah mendapatkan alamat Ibrahim bin Adham pergi menemui mereka. Setelah jumpa dengan mereka akibatnya semua oke menghalalkan sebutir kurma milik ayah mereka yang tergoda oleh Ibrahim bin Adham.
Empat bulan kemudian Ibarahim bin Adham sudah berada dibawah kubah Sakra. Tiba-tiba ia mendengar Malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap-cakap .
"Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara-gara makan sebutir kurma milik orang lain", kata Malaikat, "Oh tidak", kini doanya sudah makbul lagi, ia telah menerima penghalalan dari mahir waris pemilik kurma itu.
Diri dan jiwa Ibrahim bin Adham kini telah higienis kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram alasannya ialah masih milik orang lain. "Sekarang sudah bebas", kata Malaikat yang satunya lagi.
Nah itulah kisah kekasih Tuhan yang kesucian hatinya selalu terjaga dari masakan yang bukan hak miliknya. Walau hanya sebutir kurma akan menjadi penghalang doa yang dipanjatkan pada Tuhan-Nya.
Dari dongeng diatas sanggup diambil pelajaran supaya berhati-hati tidak makan masakan yang bukan miliknya maupun yang syubhat supaya kesucian hati dan kedekatan dengan Tuhan tetap terjaga hingga diakhir hayatnya selamat dunia dan akherat aamiin. Sekian semoga bermanfaat bagi masing-masing diri Inilah Gara-gara Sebutir Kurma, Doa Nabi Ibrahim Alaihissalam (AS) Tertolak Di Hadapan Allah SWT
0 Response to "Gara-Gara Sebutir Kurma, Doa Nabi Ibrahim Alaihissalam (As) Tertolak Di Hadapan Allah Swt"
Posting Komentar